Senin, 16 Februari 2015

pakan asal kakao



BAGIAN I
PENGERTIAN

            Tanaman kakao (Theobroma cacao l) merupakan tanaman yang banyak di temukan di daerah tropis, berbentuk pohon dan menyerbuk silang. Tanaman kakao diperkirakan berasal dari lembah Amazon di Benua Amerika yang mempunyai iklim tropis. Kulit kakao merupakan bagian kulit yang bertekstur tebal dan keras, mencakup kulit terluar sampai daging buah sebelum kumpulan biji (Wong et al, 1987). Daun dan kulit kakao adalah  limbah pada perkebunan rakyat yang merupakan hasil sampingan pemprosesan biji coklat yang berpotensial untuk pakan ternak ruminansia terutama ternak kambing (Figuerra et al, 1993).

BAGIAN II
RUANG LINGKUP BAHAN PAKAN

2.1 Penjelasan bahan pakan yang berasal dari kakao
            Yang bisa dimanfaatkan dari tumbuhan kakao yaitu kulit kakao dan daun kakao.Kulit kakao adalah bagian dari kakao yang biasanya tidak dimanfaatkan lagi, tetapi sebagian petani kakao yang sekaligus peternak ruminansia menggunakan atau mengolah kulit kakao menjadi bahan pakan ternak. Kulit kakao baik digunakan untuk bahan pakan ternak karena dapat menambah bobot badan ternak, dan bisa dijadikan sebagai bahan pakan pengganti dan kulit kakao juga mudah didapatkan karena merupakan limbah perkebunan.
            Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak akan memberikan dua dampak utama (1) yaitu peningkatan ketersediaan bahan pakan (2) mengurangi pencemarahan  lingkungan. Kulit kakao dapat dijadikan sebagai pakan tambahan ternak ruminansia, pemberian kulit kakao pada ternak ruminansia harus dibatasi karena kulit kakao mengandung berbagai zat antinutrisi. Permukaan buah ada yang halus dan ada yang kasar, warna buah beragam ada yang merah, hijau, merah muda dan merah tua (Poedjiwidodo, 1996).
            kulit kakao atau biasa kita sebut kulit cokelat mempunyai kandungan gizi yaitu 22% protein, 3–9% lemak, bahan kering (BK) 88%, protein kasar (PK) 8%, serat kasar (SK) 40,15, dan TDN 50,8%, metabolisme energi (K.kal) 2,1, pH 6,8.
            Daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Hall (1932). Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010). Daun kakao  dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing. 


BAGIAN III
URAIAN LENGKAP

3.1 Pengertian
            Kulit kakao merupakan limbah pada perkebunan rakyat yang merupakan hasil sampingan pemprosesan biji coklat dan berpotensial untuk pakan ternak ruminansia terutama ternak kambing. Kulit kakao merupakan bagian kulit yang bertekstur tebal dan keras, mencakup kulit terluar sampai daging buah sebelum kumpulan biji (Wong et al, 1987).
            Daun kakao adalah bagian dari kakao yang biasanya dipangkas, hal ini bertujuan untuk membentuk tanaman dan tajuk kakao yang memacu perkembangan cabang sekunder dan menghasilkan banyak buah, untuk membatasi ketinggian pohon.
            Keunggulan dari kulit dan kulit kakao adalah mudah didapatkan dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia karena merupakan limbah.Kulit kakao juga merupakan bagian dari kakao yang disengaja untuk dibuang.

3.2 Proses produksi
            Pengolahan daun kakao sebagai bahan pakan ternak yaitu diberikan dalam bentuk segar, dengan cara daun kakao tersebut terlebih dahulu dicincang kecilkecil. Dalam pemberiaan cincangan daun kakao dipercikkan air garam, tujuannya adalah supaya ternak tersebut lebih menyukai pakan tersebut.     
            Proses produksi kulit kakao sebagai pakan ternak dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara kulit kakao terlebih dahulu dicacah sebelum diberikan kepada ternak (dalam bentuk segar) ataupun  dengan cara difermentasi terlebih dahulu.
            Proses produksi dalam bentuk segar dengan mencacah kulit kakao menjadi potongan kecil dan langsung diberikan ke ternak. Proses produksi dengan cara difermentasi yaitu dengan  menggunakan air fermentor. Salah satu fermentor yang cocok untuk limbah kulit kakao adalah aspergillus niger. Fermentor dibuat dari air, urea, ragi tapai, gula pasir, dan aerator. Dengan perbandingan 10 liter air, 100 kg urea, 100 gr ragi tapai, 100 gr gula pasir, dan 1 buah aerator  untuk 1 ton kulit kakao basah. Kulit kakao segar dicacah menjadi ukuran 2-3 cm, kulit kakao yang sudah dicincang dimasukkan kedalam kantong plastik setebal 10 sampai 15 cm. Lalu semprot dengan larutan fermentor pada setiap lapisan tumpukan kulit kakao. Setelah selesai plastik ditutup rapat sebelum udaranya dihisap menggunakan vacum sehingga suasana aerob bisa tercapai. Kulit kakao disimpan dan dibuka setelah 7 hari penyimpanan. Kulit kakao fermentasi diangin-anginkan sebelum diberikan pada ternak dan terlebih dahulu  dicampur dengan bahan pokok ternak seperti rumput dan dedak sebelum diberikan pada ternak.
            Manfaat fermentasi dengan teknologi ini antara lain meningkatkan kandungan protein menurunkan kandungan serat kasar menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan).
           

3.3 Kandungan zat makanan
            Kulit kakao merupakan hasil sampingan dari pemprosesan biji coklat dan merupakan limbah pada perkebunan kakao rakyat. Kulit buah kakao memiliki kandungan gizi sebagai berupa BK 88 %, PK 8%, SK 40%, TDN 50.8%. Dan penggunaan oleh ternak ruminansia adalah 30-40 % (Sunanto,1995). Kulit buah kakao merupakan hasil sampingan dari pemprosesan biji coklat dan merupakan limbah dari hasil panen yang cukup potensial untuk di jadikan salah satu pakan alternatif ternak ruminansia.
            Daun kakao mengandung zat makanan berupa pigmen hijau atau klorofil.
Kandungan zat makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
 kakao mengandung beberapa zat makanan yang bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.Kandungan zat gizi kulit kakao
Komponen
1
2
3
Bahan kering
84.00 – 90.00
91.33
90.40
Protein
6.00 – 10.00
6.00
6.00
Lemak
0.50 – 1.50
0.90
0.90
Serat kasar
19.00 – 28.00
40.33
31.50
Abu
10.00 – 13.80
14.80
16.40
Betn
50.00 – 55.60
34.26
-
Kalsium
-
-
0.67
Pospor
-
-
0.10
Sumber : Semit dan Adegbola (1982), Amirroenas (1990), Roesmanto (1991).

3.4 Zat antinutrisi
            Kulit kakao baik digunakan sebagai pakan ruminansia, disamping kelebihan yang diberikan kulit kakao memiliki beberapa zat pembatas yang disebut dengan zat antinutrisi. Zat antinutrisi pada kulit kakao yaitu theobromin sebesar 1.0% (Mahyudin dan Bakrie, 1993). Senyawa theobromin dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan seperti muntah, diare, sering buang air kecil, atau keringat secara berlebihan dan pendarahan internal. Zat antinutrisi  lainnya adalah asam fitat dan lignin yang tinggi. Senyawa asam fitat sulit dicerna, fosfor dari asam fitat tidak dapat digunakan oleh tubuh hewan ruminansia. Asam fitat dapat mengikat unsur unsur mineral terutama kalsium, seng, besi, dan magnesium, serta dapat bereaksi dengan protein membentuk senyawa kompleks sehingga dapat menghambat pencernaan protein oleh enzim proteolitik akibat perubahan konformasi protein. Kulit kakao juga mengandung lignin yang tinggi, lignin pada kulit kakao dapat menyebabkan terganggunya saluran pencernaan ternak.
            Apabila kulit kakao diberikan secara berlebihan dan terus menerus akan mengakibatkan dampak yang lebih serius seperti detak jantung yang tidak teratur, bergetar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Gejala ini dapat terlihat 12 hari setelah mengkonsumsi kakao (Nelson,2011). Senyawa aktif flavonoid atau tanin terkondensasi atau terpolimerisasi, seperti antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin yang banyak terikat dengan glukosa. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri (Matsumoto et al. 2004).
            Zat antinutrisi yang dikandung oleh daun kakao adalah tanin yaitu suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, dan menggumpalkan protein.



3.5 Kelemahan
            Kulit kakao memiliki beberapa kelemahan terutama jika diberikan sebagai bahan pakan tunggal, karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen, sehingga dapat menurunkan kemampuan ternak didalam mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang dikonsumsi. Bahan pakan kulit kakao juga memiliki
            Kelemahan dari daun kakao adalah karena mengandung beberapa zat antinutrisi. Sedangkan kendala yaitu serat kasar dan protein yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya proses pencernaan (Nelson dan Suparjo, 2011).

3.6 Keunggulan
            Keunggulan daun dan kulit kakao sebagai bahan pakan yaitu harga yang murah dan produksi yang berlimpah serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Ternak ruminansia seperti sapi dan kambing bila dilepas oleh pemiliknya kedalam kebun kakao akan memakan buah kakao muda dari pohonnya. Hal ini mengidentifikasi bahwa sapi dan kambing cukup menyukai kulit kakao (Munier et al, 2005).
            Kulit kakao mempunyai persentase yang tinggi dibandingkan dengan isi dari kakao yaitu sekitar 7% dari buah segarnya. Dengan menambahkan 1% hasil olahan kulit kakao akan menambah berat badan sapi sebesar 330 gram per hari (Purnama, 2004). Fermentasi kulit kakao akan meningkatkan daya cerna, meningkatkan kelahiran dan penyerapan nutrisi, menekan efek buruk racun theobromin, meningkatkan nilai gizi pakan (Nasriati, 200). Kulit kakao dapat menambah bobot badan ternak, dapat sebagai bahan pengganti pakan utama seperti rumput.


BAGIAN  IV
LOKASI DAN SUMBER HARGA

            Daun dan kulit kakao didapatkan disetiap perkebunan kakao. Didaerah Sumatera Barat dapat ditemukan di Payakumbuh (1.130 haktare), Agam (750 haktare), Padang Pariaman (1.300 haktare), Tanah Datar (1.000 haktare), Pasaman Timur (900 haktare), Pasaman Barat (1.450 hektare). Luas perkebunan kakao di Sumatera Barat diperkirakan sekitar 11.450 hektare (Departermen Pertanian, 2014).  Daun dan kulit kakao umumnya tidak dijual karena merupakan limbah. Beberapa lokasi tempat ditemukannya daun dan kulit kakao dapat dilihat pada Tabel berikut.

1.Lokasi di Sumatera Barat
            Beberapa lokasi penghasil daun dan kulit kakao yang ada di Sumatera Barat dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 2.Data berbagai lokasi penghasil kakao yang ada di Sumatera Barat
No
Sumber lokasi
Harga
1
Payakumbuh
-
2
Agam
-
3
Padang Pariaman
-
4
Tanah Datar
-
5
Pasaman Timur
-
6
Pasaman Barat
-
Sumber: Departemen Pertanian (2014)

2.Lokasi di Indonesia
            Beberapa lokasi penghasil daun dan kulit kakao yang ada di Indonesia dapat di lihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.Data berbagai lokasi penghasil kakao yang ada di Indonesia
No
Sumber lokasi

Harga
1
Sulawesi Selatan

-
2
Sulawesi Tengah

-
3
Sulawesi Tenggara

-
4
Sumatera Utara

-
5
Sumatera Barat

-
6
Kalimantan Timur

-
7
Lampung

-
8
Banten

-
9
Jawa Barat

-
10
Jawa Timur

-
Sumber : Departemen Pertanian (2014)
                                    
3.Lokasi di Dunia
            Beberapa lokasi penghasil daun dan kulit kakao yang ada di Dunia dapat di lihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.Data berbagai lokasi penghasil kakao yang ada di Dunia
No
Sumber lokasi
Harga
1
Pantai Gading
-
2
Ghana
-
3
Indonesia
-
4
Nigeria
-
5
Brazil
-
6
Kamerun
-
7
Ekuator
-
8
Malaysia
-
Sumber : Departemen Pertanian (2014)

BAGIAN V
PEMBERIAN PADA TERNAK

5.1 Cara pemberian kulit kakao
         Pemberian kulit kakao secara segar dapat dilakukan dengan cara mencacah kulit kakao hingga mencapai ukuran 5 cm dan lebarnya 2 cm. Setelah kulit kakao dicacah dapat langsung diberikan kepada ternak dengan cara memberikan 70% dari jumlah pakan dan tambahkan tanaman hijauan sebanyak 30%.
         Pemberian kulit kakao dengan cara lain yaitu difermentasi terlebih dahulu. Fermentasi berguna  untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %.

5.2 Bentuk dan jumlah penggunaan dalam ransum
            Pemberian kulit kakao kepada ternak dapat berupa kulit kakao segar dan difermentasi terlebih dahulu. Pemberian kulit kakao terhadap ternak ruminansia lebih dominan dalam bentuk segar. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan berupa kulit kakao dalam bentuk segar lebih mudah dibandingkan dalam bentuk fermentasi. Pemberian dalam bentuk segar dengan cara dicacah dan dikeringkan.
            Pemberiaan kulit kakao pada ternak domba sebanyak 15% dari konsentrat, sapi dan kambing sebanyak 0.7-1.0% dari konsentrat, sebagai pengganti dedak sebanyak 36% dari totalnya, pada babi sebanyak 35-40%. Pemberian kulit kakao dapat dilihat pada tabel dibawah ini
            Pemberian daun kakao terhadap ternak bisa secara langsung yaitu setelah dicincang diberikan kepada ternak dengan dicampurkan dengan air garam.
Tabel 5. Rekomendasi pemberiaan limbah kulit kakao
Jenis Ternak
Jumlah
Konsumsi
Bentuk
Pemberiaan
Sapi
3 kg/ekor/hari
Segar
Sapi
20% tepung pada pakan tambahan
Tepung
Kambing
2-3 kg/ekor/hari
Segar
Ayam
22% tepung pada ransum ayam
Tepung
Sumber: Nelson (2011)

5.3 Faktor pembatas pemberiaan pada ternak
Faktor pembatas pakan jenis kakao pada ternak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.Kandungan theobromin pada kulit kakao
Bagian Buah Kakao
Kandungan Theobromin (%)
Kulit Buah
0.17 – 0.20
Kulit Biji
1.80 – 2.10
Biji
1.90 – 2.0
Sumber: Wong dkk (1998)
5.4 Dampak terhadap performa dan kualitas ternak
            Pemberian limbah kakao olahan mampu meningkatkan pertumbuhan sapi. Meningkatnya pertumbuhan sapi disebabkan limbah kulit kakao olahan memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan hijauan, sehingga pemberiannya dalam ransum makanan akan meningkatkan jumlah zat makanan yang teserap oleh saluran pencernaan (James dan David, 1998).
Tabel 6.  Pengaruh penggunaan limbah kakao
Berat awal (kg)
Berat akhir (kg)
Pertumbuhan (g/ekor/hari)
259.70
259.70
308.10
259.70
308.10
308.10
261.66
315.11
636
Sumber : James dan David (1998)
            Pemberian daun kakao juga tidak boleh berlebihan karena mengandung zat antinutrisi yang apa bila diberikan secara berlebihan dapat membuat ternak keracunan, dan mengganggu proses pencernaan pada ternak ruminansia.
BAGIAN VI
KESIMPULAN

            Kulit kakao merupakan limbah perkebunan rakyat yang dapat di jadikan sebagai pakan ternak. Kandungan zat gizi yang cukup baik menjadikan pakan jenis ini sebagai bahan pakan tambahan bagi ternak ruminansia. Meskipun kulit kakao baik digunakan sebagai pakan ternak pemberiannya harus dibatasi karena kulit kakao memiliki zat anti nutrisi berupa 1). Senyawa theobromin yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan seperti muntah, diare, sering buang air kecil dan keringat berlebihan. 2). Senyawa asam fitat yang sulit di cerna sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.  3). Senyawa aktif flavonoid atau terpolimerisasi seperti antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin yang banyak terikat dengan glukosa. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri.