BAGIAN I
PENGERTIAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao l) merupakan tanaman yang banyak di temukan di
daerah tropis, berbentuk pohon dan menyerbuk silang. Tanaman kakao diperkirakan
berasal dari lembah Amazon di Benua Amerika yang mempunyai iklim tropis. Kulit
kakao merupakan bagian kulit yang bertekstur tebal dan keras, mencakup kulit
terluar sampai daging buah sebelum kumpulan biji (Wong et al, 1987). Daun dan kulit kakao adalah limbah pada perkebunan rakyat yang merupakan
hasil sampingan pemprosesan biji coklat yang berpotensial untuk pakan ternak
ruminansia terutama ternak kambing (Figuerra et al, 1993).
BAGIAN II
RUANG LINGKUP BAHAN PAKAN
2.1
Penjelasan bahan pakan yang berasal dari kakao
Yang bisa dimanfaatkan dari tumbuhan kakao yaitu kulit kakao dan daun
kakao.Kulit
kakao adalah bagian dari kakao yang biasanya tidak dimanfaatkan lagi, tetapi
sebagian petani kakao yang sekaligus peternak ruminansia menggunakan atau
mengolah kulit kakao menjadi bahan pakan ternak. Kulit kakao baik digunakan
untuk bahan pakan ternak karena dapat menambah bobot badan ternak, dan bisa dijadikan
sebagai bahan pakan pengganti dan kulit kakao juga mudah didapatkan karena
merupakan limbah perkebunan.
Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai
pakan ternak akan memberikan dua dampak utama (1) yaitu peningkatan
ketersediaan bahan pakan (2) mengurangi pencemarahan lingkungan. Kulit kakao dapat dijadikan
sebagai pakan tambahan ternak ruminansia, pemberian kulit kakao pada ternak
ruminansia harus dibatasi karena kulit kakao mengandung berbagai zat
antinutrisi. Permukaan buah ada yang halus dan ada yang kasar, warna buah
beragam ada yang merah, hijau, merah muda dan merah tua (Poedjiwidodo, 1996).
kulit kakao atau biasa kita
sebut kulit cokelat mempunyai kandungan gizi yaitu 22% protein, 3–9% lemak,
bahan kering (BK) 88%, protein kasar (PK) 8%, serat kasar (SK) 40,15, dan TDN
50,8%, metabolisme energi (K.kal) 2,1, pH 6,8.
Daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas
ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas
plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932).
Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya
(Hall (1932). Salah satu sifat
khusus daun
kakao yaitu
adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah
datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung
daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun
tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi
daun rata, daging
daun
tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau
tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.
Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010). Daun kakao dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak kambing.
BAGIAN III
URAIAN LENGKAP
3.1
Pengertian
Kulit kakao merupakan limbah pada
perkebunan rakyat yang merupakan hasil sampingan pemprosesan biji coklat dan
berpotensial untuk pakan ternak ruminansia terutama ternak kambing. Kulit kakao
merupakan bagian kulit yang bertekstur tebal dan keras, mencakup kulit terluar
sampai daging buah sebelum kumpulan biji (Wong et al, 1987).
Daun kakao adalah bagian dari kakao yang biasanya
dipangkas,
hal ini bertujuan untuk membentuk tanaman dan tajuk kakao
yang memacu perkembangan cabang sekunder dan menghasilkan banyak buah, untuk membatasi ketinggian pohon.
Keunggulan dari kulit dan kulit kakao adalah mudah didapatkan dan tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia karena merupakan limbah.Kulit kakao juga merupakan bagian dari kakao
yang disengaja untuk dibuang.
3.2
Proses produksi
Pengolahan daun kakao sebagai bahan pakan ternak yaitu diberikan dalam
bentuk segar, dengan cara daun kakao tersebut terlebih dahulu dicincang kecil-kecil. Dalam pemberiaan cincangan daun kakao dipercikkan
air garam, tujuannya adalah supaya ternak tersebut lebih menyukai pakan
tersebut.
Proses produksi kulit kakao sebagai
pakan ternak dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara kulit kakao
terlebih dahulu dicacah sebelum diberikan kepada ternak (dalam bentuk segar)
ataupun dengan cara difermentasi
terlebih dahulu.
Proses produksi dalam bentuk segar
dengan mencacah kulit kakao menjadi potongan kecil dan langsung diberikan ke
ternak. Proses produksi dengan cara difermentasi yaitu dengan menggunakan air fermentor. Salah satu
fermentor yang cocok untuk limbah kulit kakao adalah aspergillus niger.
Fermentor dibuat dari air, urea, ragi tapai, gula pasir, dan aerator. Dengan
perbandingan 10 liter air, 100 kg urea, 100 gr ragi tapai, 100 gr gula pasir,
dan 1 buah aerator untuk 1 ton kulit
kakao basah. Kulit kakao segar dicacah menjadi ukuran 2-3 cm, kulit kakao yang
sudah dicincang dimasukkan kedalam kantong plastik setebal 10 sampai 15 cm.
Lalu semprot dengan larutan fermentor pada setiap lapisan tumpukan kulit kakao.
Setelah selesai plastik ditutup rapat sebelum udaranya dihisap menggunakan vacum
sehingga suasana aerob bisa tercapai. Kulit kakao disimpan dan dibuka setelah 7
hari penyimpanan. Kulit kakao fermentasi diangin-anginkan sebelum diberikan
pada ternak dan terlebih dahulu dicampur
dengan bahan pokok ternak seperti rumput dan dedak sebelum diberikan pada
ternak.
Manfaat fermentasi dengan teknologi
ini antara lain meningkatkan kandungan protein menurunkan kandungan serat kasar
menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan).
3.3
Kandungan zat makanan
Kulit kakao merupakan hasil
sampingan dari pemprosesan biji coklat dan merupakan limbah pada perkebunan
kakao rakyat. Kulit buah kakao memiliki kandungan gizi sebagai berupa BK 88 %,
PK 8%, SK 40%, TDN 50.8%. Dan penggunaan oleh ternak ruminansia adalah 30-40 %
(Sunanto,1995). Kulit buah kakao merupakan hasil sampingan dari pemprosesan
biji coklat dan merupakan limbah dari hasil panen yang cukup potensial untuk di
jadikan salah satu pakan alternatif ternak ruminansia.
Daun
kakao mengandung zat makanan berupa pigmen hijau atau klorofil.
Kandungan
zat makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
kakao mengandung beberapa zat makanan yang
bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel
1.Kandungan zat gizi kulit kakao
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
Bahan
kering
|
84.00
– 90.00
|
91.33
|
90.40
|
Protein
|
6.00
– 10.00
|
6.00
|
6.00
|
Lemak
|
0.50
– 1.50
|
0.90
|
0.90
|
Serat
kasar
|
19.00
– 28.00
|
40.33
|
31.50
|
Abu
|
10.00
– 13.80
|
14.80
|
16.40
|
Betn
|
50.00
– 55.60
|
34.26
|
-
|
Kalsium
|
-
|
-
|
0.67
|
Pospor
|
-
|
-
|
0.10
|
Sumber : Semit
dan Adegbola (1982), Amirroenas (1990), Roesmanto (1991).
3.4
Zat antinutrisi
Kulit kakao baik digunakan sebagai
pakan ruminansia, disamping kelebihan yang diberikan kulit kakao memiliki
beberapa zat pembatas yang disebut dengan zat antinutrisi. Zat antinutrisi pada
kulit kakao yaitu theobromin sebesar 1.0% (Mahyudin dan
Bakrie, 1993). Senyawa theobromin dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
hewan seperti muntah, diare, sering buang air kecil, atau keringat secara
berlebihan dan pendarahan internal. Zat antinutrisi lainnya adalah asam fitat dan lignin yang
tinggi. Senyawa asam fitat sulit dicerna, fosfor dari asam fitat tidak dapat
digunakan oleh tubuh hewan ruminansia. Asam fitat dapat mengikat unsur unsur
mineral terutama kalsium, seng, besi, dan magnesium, serta dapat bereaksi
dengan protein membentuk senyawa kompleks sehingga dapat menghambat pencernaan
protein oleh enzim proteolitik akibat perubahan konformasi protein. Kulit kakao
juga mengandung lignin yang tinggi, lignin pada kulit kakao dapat menyebabkan
terganggunya saluran pencernaan ternak.
Apabila kulit kakao diberikan secara
berlebihan dan terus menerus akan mengakibatkan dampak yang lebih serius
seperti detak jantung yang tidak teratur, bergetar, bahkan bisa menyebabkan
kematian. Gejala ini dapat terlihat 12 hari setelah mengkonsumsi kakao (Nelson,2011).
Senyawa aktif flavonoid atau tanin terkondensasi atau terpolimerisasi, seperti
antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin yang banyak terikat dengan
glukosa. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri
(Matsumoto et al. 2004).
Zat antinutrisi yang dikandung oleh daun kakao adalah
tanin yaitu suatu
senyawa polifenol yang berasal
dari tumbuhan, dan
menggumpalkan protein.
3.5
Kelemahan
Kulit kakao memiliki beberapa
kelemahan terutama jika diberikan sebagai bahan pakan tunggal, karena
dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen, sehingga dapat menurunkan kemampuan
ternak didalam mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang dikonsumsi. Bahan pakan
kulit kakao juga memiliki
Kelemahan dari daun kakao adalah karena mengandung
beberapa zat antinutrisi.
Sedangkan kendala yaitu serat kasar dan protein yang rendah. Hal ini dapat
menyebabkan terhambatnya proses pencernaan (Nelson
dan Suparjo, 2011).
3.6
Keunggulan
Keunggulan daun dan kulit kakao
sebagai bahan pakan yaitu harga yang murah dan produksi yang berlimpah serta
tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Ternak ruminansia seperti sapi dan
kambing bila dilepas oleh pemiliknya kedalam kebun kakao akan memakan buah
kakao muda dari pohonnya. Hal ini mengidentifikasi bahwa sapi dan kambing cukup
menyukai kulit kakao (Munier et al,
2005).
Kulit kakao mempunyai persentase
yang tinggi dibandingkan dengan isi dari kakao yaitu sekitar 7% dari buah
segarnya. Dengan menambahkan 1% hasil olahan kulit kakao akan menambah berat
badan sapi sebesar 330 gram per hari (Purnama, 2004). Fermentasi kulit kakao
akan meningkatkan daya cerna, meningkatkan kelahiran dan penyerapan nutrisi,
menekan efek buruk racun theobromin, meningkatkan nilai gizi pakan (Nasriati,
200). Kulit
kakao dapat menambah bobot badan ternak, dapat sebagai bahan pengganti pakan
utama seperti rumput.
BAGIAN IV
LOKASI DAN SUMBER HARGA
Daun dan kulit kakao didapatkan
disetiap perkebunan kakao. Didaerah Sumatera Barat dapat ditemukan di
Payakumbuh (1.130
haktare), Agam (750
haktare), Padang Pariaman (1.300 haktare), Tanah Datar (1.000
haktare), Pasaman Timur (900 haktare), Pasaman Barat (1.450 hektare). Luas
perkebunan kakao di Sumatera Barat diperkirakan sekitar 11.450 hektare
(Departermen Pertanian,
2014). Daun dan kulit kakao umumnya
tidak dijual karena merupakan limbah. Beberapa lokasi tempat ditemukannya daun
dan kulit kakao dapat dilihat pada Tabel berikut.
1.Lokasi
di Sumatera Barat
Beberapa lokasi penghasil daun dan kulit
kakao yang ada di Sumatera Barat dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel
2.Data berbagai lokasi penghasil kakao yang ada di Sumatera Barat
No
|
Sumber
lokasi
|
Harga
|
1
|
Payakumbuh
|
-
|
2
|
Agam
|
-
|
3
|
Padang
Pariaman
|
-
|
4
|
Tanah
Datar
|
-
|
5
|
Pasaman
Timur
|
-
|
6
|
Pasaman
Barat
|
-
|
Sumber:
Departemen Pertanian (2014)
2.Lokasi
di Indonesia
Beberapa lokasi penghasil daun dan kulit
kakao yang ada di Indonesia dapat di lihat pada Tabel
berikut.
Tabel
3.Data berbagai lokasi penghasil kakao yang ada di Indonesia
No
|
Sumber
lokasi
|
|
Harga
|
1
|
Sulawesi
Selatan
|
|
-
|
2
|
Sulawesi
Tengah
|
|
-
|
3
|
Sulawesi
Tenggara
|
|
-
|
4
|
Sumatera
Utara
|
|
-
|
5
|
Sumatera
Barat
|
|
-
|
6
|
Kalimantan
Timur
|
|
-
|
7
|
Lampung
|
|
-
|
8
|
Banten
|
|
-
|
9
|
Jawa
Barat
|
|
-
|
10
|
Jawa
Timur
|
|
-
|
Sumber
: Departemen Pertanian (2014)
3.Lokasi
di Dunia
Beberapa
lokasi penghasil daun dan kulit kakao yang ada di Dunia dapat di lihat pada Tabel
berikut.
Tabel
4.Data berbagai lokasi penghasil kakao yang ada di
Dunia
No
|
Sumber
lokasi
|
Harga
|
1
|
Pantai
Gading
|
-
|
2
|
Ghana
|
-
|
3
|
Indonesia
|
-
|
4
|
Nigeria
|
-
|
5
|
Brazil
|
-
|
6
|
Kamerun
|
-
|
7
|
Ekuator
|
-
|
8
|
Malaysia
|
-
|
Sumber : Departemen Pertanian
(2014)
BAGIAN V
PEMBERIAN PADA
TERNAK
5.1 Cara pemberian kulit kakao
Pemberian
kulit kakao secara segar dapat dilakukan dengan cara mencacah kulit kakao
hingga mencapai ukuran 5 cm dan lebarnya 2 cm. Setelah kulit kakao dicacah
dapat langsung diberikan kepada ternak dengan cara memberikan 70% dari jumlah
pakan dan tambahkan tanaman hijauan sebanyak 30%.
Pemberian
kulit kakao dengan cara lain yaitu difermentasi terlebih dahulu. Fermentasi
berguna untuk menurunkan kadar lignin
yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 %
menjadi 12-15 %.
5.2
Bentuk dan jumlah penggunaan dalam ransum
Pemberian kulit kakao kepada ternak
dapat berupa kulit kakao segar dan difermentasi terlebih dahulu. Pemberian
kulit kakao terhadap ternak ruminansia lebih dominan dalam bentuk segar. Hal
ini disebabkan karena pemberian pakan berupa kulit kakao dalam bentuk segar
lebih mudah dibandingkan dalam bentuk fermentasi. Pemberian dalam
bentuk
segar dengan cara dicacah dan dikeringkan.
Pemberiaan kulit kakao pada ternak
domba sebanyak 15% dari konsentrat, sapi dan kambing sebanyak 0.7-1.0% dari konsentrat,
sebagai pengganti dedak sebanyak 36% dari totalnya, pada babi sebanyak 35-40%.
Pemberian kulit kakao dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Pemberian daun kakao terhadap ternak bisa secara langsung
yaitu setelah dicincang diberikan kepada ternak dengan dicampurkan dengan air
garam.
Tabel
5. Rekomendasi pemberiaan limbah kulit kakao
Jenis
Ternak
|
Jumlah
Konsumsi
|
Bentuk
Pemberiaan
|
Sapi
|
3
kg/ekor/hari
|
Segar
|
Sapi
|
20%
tepung pada pakan tambahan
|
Tepung
|
Kambing
|
2-3
kg/ekor/hari
|
Segar
|
Ayam
|
22%
tepung pada ransum ayam
|
Tepung
|
Sumber:
Nelson (2011)
5.3
Faktor pembatas pemberiaan pada ternak
Faktor pembatas
pakan jenis kakao pada ternak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
6.Kandungan theobromin pada kulit kakao
Bagian
Buah Kakao
|
Kandungan
Theobromin (%)
|
Kulit
Buah
|
0.17
– 0.20
|
Kulit
Biji
|
1.80
– 2.10
|
Biji
|
1.90
– 2.0
|
Sumber: Wong dkk (1998)
5.4 Dampak
terhadap performa dan kualitas ternak
Pemberian limbah kakao olahan mampu
meningkatkan pertumbuhan sapi. Meningkatnya pertumbuhan sapi disebabkan limbah kulit
kakao olahan memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan hijauan, sehingga
pemberiannya dalam ransum makanan akan meningkatkan jumlah zat makanan yang
teserap oleh saluran pencernaan (James dan David, 1998).
Tabel
6. Pengaruh penggunaan limbah kakao
Berat
awal (kg)
|
Berat
akhir (kg)
|
Pertumbuhan
(g/ekor/hari)
|
259.70
|
259.70
|
308.10
|
259.70
|
308.10
|
308.10
|
261.66
|
315.11
|
636
|
Sumber : James dan
David (1998)
Pemberian daun kakao juga tidak
boleh berlebihan karena mengandung zat antinutrisi yang apa bila diberikan
secara berlebihan dapat membuat ternak keracunan, dan mengganggu proses
pencernaan pada ternak ruminansia.
BAGIAN VI
KESIMPULAN
Kulit kakao merupakan limbah
perkebunan rakyat yang dapat di jadikan sebagai pakan ternak. Kandungan zat
gizi yang cukup baik menjadikan pakan jenis ini sebagai bahan pakan tambahan bagi
ternak ruminansia. Meskipun kulit kakao baik digunakan sebagai pakan ternak pemberiannya
harus dibatasi karena kulit kakao memiliki zat anti nutrisi berupa 1). Senyawa
theobromin yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan seperti muntah,
diare, sering buang air kecil dan keringat berlebihan. 2). Senyawa asam fitat
yang sulit di cerna sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan. 3). Senyawa aktif flavonoid atau
terpolimerisasi seperti antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin yang
banyak terikat dengan glukosa. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki
sifat antibakteri.